Selasa, 19 Maret 2019

Ekologi Laut Tropis - Keterkaitan Ekosistem

Ekosistem pesisir terbagi menjadi berbagai macam. Macam-macam ekosistem pesisir yaitu ekosistem lamun, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem mangrove. Pada tiap-tiap ekosistem sebenarnya memiliki hubungan yang dinamakan ekoton. Ekoton berada di tengah-tengah kedua ekosistem yang saling berhubungan misalnya antara ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun, keduanya akan saling berkaitan baik lewat partikel organik, nutrien terlarut, migrasi fauna, sifat fisik, dan dampak manusia.
Partikel organik yang ada pada ekosistem terumbu karang umumnya akan serupa dengan partikel terlarut yang ada di ekosistem lamun, hal ini disebabkan lamun biasanya menghasilkan serasah yang kemudian akan didekomposisi dahulu diatas sedimen yang berada dibawah tumbuhan lamun. Hasil akhir dekomposisi serasah tersebut akan menjadi partikel organik yang akan terbawa oleh arus pada akhirnya partikel organik tersebut masuk ke ekosistem terumbu karang dan digunakan oleh organisme primer di terumbu karang khususnya berbagai macam fitoplankton dan juga zooxantellae yang membutuhkannya guna kelangsungan hidup. Dengan begitu ekosistem terumbu karang senantiasa terjaga kelangsungannya. Tanpa disadari ketiadaan dari ekosistem lamun akan menyebabkan kurangnya sumber nutrisi untuk ekosistem terumbu karang. Akibatnya terjadi malnutrisi bagi terumbu karang yang berimbas pada penurunan pertumbuhan pertahun bagi terumbu karang. Makin subur ekosistem lamun maka makin subur juga ekosistem terumbu karangnya.

Lalu bagaimanakan hubungan ekosistem lamun dengan ekosistem mangrove, hal ini bisa dijelaskan mengenai dampak runoff perairan. Bila runoff perairan diisi oleh bahan-bahan pencemar seperti logam berat dan limbah plastik maka ekosistem lamun akan terkena dampaknya. Dampak tersebut menyebabkan ekosistem lamun akan memiliki kerusakan yang sama dengan ekosistem mangrove. Oleh sebab itu bila ekosistem mangrove memiliki kelestarian ekologis yang bagus maka ekosistem lamun akan serupa kelestariannya. Berikut hubungan antara ekosistem mangrove - ekosistem lamun - ekosistem terumbu karang.

1. Sifat fisik air
Ekosistem mangrove menyebabkan sifat fisik air yang ada pada ekosistem lamun menjadi serupa. Bila pada ekosistem mangrove air diisi oleh berbagai nutrien melimpah yang merupakan hasil dekomposisi detritus pada sedimen mangrove maka nutrien tersebut akan mengalir ke ekosistem lamun dan menyuburkannya. Kemudian nutrien melimpah tersebut teraliri pula ke ekosistem terumbu karang. Namun bila ekosistem lamun menyebabkan runoff sedimen berlebih ke ekosistem lamun maka akan menyebabkan kekeruhan yang berdampak pada kekurangan penetrasi cahaya matahari. Akibatnya kemampuan fotosintesis berkurang hal ini akan mempengaruhi produktifitas primer didaerah lamun & terumbu karang. Secara kebalikan,ngan hubu ekosistem terumbu karang - lamun - dan mangrove yakni terumbu karang menjadi penahan kekuatan gelombang pertama yang akan memecah ombak, kemudian diikuti lamun yang akan memecah gelombang, setelah itu gelombang akan dipecah lagi oleh ekosistem mangrove sehingga tidak membahayakan pesisir. Bila keadaan ketiga ekosistem tersebut rusak maka dampak dari gelombang akan sangat besar dan bisa menyebabkan abrasi pada pesisir. Selain itu ketiga ekosistem tersebut berinteraksi juga lewat pengasaman air laut. Ekosistem mangrove banyak berperan menyerap karbondioksida akibatnya air laut tidak begitu asam karena tekanan parsial gas karbondioksida berkurang drastis setelah diserap oleh mangrove akibatnya pH air laut di ekosistem lamun dan terumbu karang cukup stabil. Bila ekosistem mangrove tidak ada maka tekanan parsial gas karbondioksida bisa saja meningkat. Bila tekanan parsial gas karbondioksida di atmosfer lebih tinggi dibanding tekanan parsial gas karbondioksida di laut maka gas tersebut akan cenderung masuk ke dalam laut dan menyebabkan terbentuknya asam karbonat, bila asam karbonat berlebih maka menyebabkan acidification.

2. Partikel Organik
Partikel-partikel organik yang ada di terumbu karang biasanya berasal dari ekosistem lamun, kemudian partikel-partikel organik yang ada di lamun biasanya berasal dari ekosistem mangrove. Partikel organik dihasilkan dari dekomposisi bahan-bahan organik yang berada di sedimen mangrove. Biasanya sedimen mangrove tersusun atas bahan-bahan yang berasal dari run off perairan. Kandungan sedimen mangrove tergantung bahan-bahan yang berasal dari run off, bila ternyata run off berasal dari daerah pertanian maka kandungan air run off biasanya mengandung nutrien berlimpah. Bila ternyata run off berasal dari daerah tempat pembuangan limbah maka air run off akan mengandung zat-zat pencemar seperti mikroplastik dan logam berat.

3. Nutrien Terlarut
Antar ketiga ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang memiliki nutrien terlarut yang saling terkait satu-sama lain. Bila mangrove kaya akan nutrien terlarut maka ekosistem disekitarnya akan terkena dampaknya. Terumbu karang pun bisa menghasilkan nutrien bagi mangrove. Pecahan-pecahan terumbu mengandung berbagai macam unsur esensial yang akan teraliri ke ekosistem mangrove dan lamun bila laut sedang pasang. Lamun pun memiliki nutrien terlarut yang berasal dari dekomposisi serasahnya.

4. Migrasi Fauna
Ketiga ekosistem pesisir digunakan oleh fauna-fauna yang memiliki daerah penyebaran  luas untuk dijadikan daerah breeding, nursery, dan feeding ground. Bila ternyata persaingan fauna di salah satu ekosistem cukup ketat maka salah satu fauna yang tidak bisa bersaing akan melakukan migrasi ke ekosistem lainnya.

5. Dampak Manusia
Dampak-dampak yang dihasilkan aktivitas manusia sangat mempengaruhi kelestarian ketiga ekosistem tersebut bila manusia merusak atau mencemari salah satu ekosistem tersebut maka akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem lainnya ambil contoh pencemaran muara sungai di lokasi mangrove maka menyebabkan akumulasi zat-zat tercemar yang pada suatu waktu akan melebihi ambang batas kemampuan mangrove memfilter zat-zat tercemar kemudian akan mengalir ke ekosistem lainnya dan menimbulkan kerusakan.

Daftar pustaka

Dahuri, R. and I.M. Dutton (2000) Integrated Coastal and Marine Management Enters a New Era in               Indonesia, Integrated Coastal Zone Management, 1:11-16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar